JATI, METRO-Suasana langit kota
Padang, semakin hari semakin tebal oleh kabut asap kiriman dari daerah
tetangga. Sebagian masyarakat sudah mulai mengeluhkan sejumlah penyakit
seperti batuk, flu dan ada beberapa yang sudah mulai sesak napas.
Pantauan POSMETRO, Selasa (26/2), sejumlah warga Kota Padang
tampak sudah mulai mengenakan masker saat bepergian. Mereka takut
terkena kabut asap yang dirasakan sudah mulai menimbulkan sejumlah
penyakit. Hanya ada beberapa orang pasien yang memeriksakan kondisi
mereka karena kabut asap, tidak dirawat.
Di RSUP M Djamil Padang,
tampak puluhan orang yang melakukan pemeriksaan, namun mereka tidak
dirawat hanya sebatas konsultasi kesehatan saja. Beberapa di antaranya
mengeluhkan penyakit ISPA yang membuat sesak napas, tapi masih dalam
tahap aman.
”Sejauh ini orang yang mendatangi rumah sakit hanya
sebatas konsultasi saja, belum ada yang dirawat,” jelas Pejabat Pemberi
Informasi dan Dokumentasi (PPID) RSUP M Djamil Padang, Gustafianof,
kemarin.
Meri (26), salah seorang pengendara motor saat ditemui
di Jalan Abdul Muis mengatakan, saat ini intensitas kabut asap lebih
tebal dibandingkan dua hari yang lalu. Makanya, dalam berkendara dia
menggunakan masker untuk menghindari debu masuk kemulut. “Biasanya tidak
seperti ini, dari tadi pagi kabutnya sudah tampak semakin tebal,
makanya saya pilih pake masker,” ucap Meri.
Pengendara lain, Rio
(25) menyebut masih belum merasakan efek kabut asap tersebut. Tapi,
menurut pandangannya, tingkat ketebalan kabut asap sudah lebih tebal
dari dua hari yang lalu. “Saat ini masih terasa biasa saja, kalau
dibiarkan, mungkin dalam dua atau tiga hari lagi kabut ini akan semakin
tebal,” ucapnya.
Sementara, potensi asap sudah mulai berkurang
karena hujan yang sempat turun beberapa hari yang lalu. Hal ini terjadi
karena adanya angin berhembus dari arah Utara ke Selatan, dari Riau ke
Sumbar. Khusus jarak pandang Riau sudah mencapai 500 meter, sedangkan
Sumbar masih di atas 1000 meter.
”Sampai saat ini belum ada
permintaan penundaan kedatangan maupun keberangkatan pesawat dari dan ke
Sumbar,” ujar Kepala BMKG Ketaping, Budi Samiaji saat dihubungi, Rabu
(26/2) siang.
Secara teknis batas ambang baku mutu udara itu
maksimal hanya 150,ug/m3, sementara hasil panelitian dari Bapedalda
Sumbar dan juga pantauan BMKG Ketaping, kondisi cemaran udara di Sumbar
mencapai 150.71 ug/m3.
Nelayan Enggan Melaut
Sebanyak 80
persen jumlah nelayan di jalan Purus II, Kelurahan Purus Selatan,
Kecamatan Padang Barat sejak satu bulan terakhir lebih banyak libur
melaut mencari ikan. Kondisi ini disebabkan kabut asap tebal yang
melanda Kota Padang yang berasal dari pembakaran hutan di Provinsi Riau
mengakibatkan para nelayan takut kehilangan pedoman melaut.
Nasrul
(32) salah seorang nelayan, Rabu (26/2) di Purus mengaku, sejak
beberapa hari lalu, dirinya memang tidak melaut. Kalaupun melaut hanya
beberapa mil saja dari pantai. “Saat ini kami sudah satu bulan enggan
melaut. Ditakutkan, kabut yang sangat tebal. Kami tak berani untuk
menjaring ikan,” ujarnya.
Sebagian nelayan di kawasan tersebut,
menurutnya, hanya menangkap ikan di pinggiran pantai. Hasil tangkapannya
pun tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari. “Kita tidak mau mengambil
risiko kalau kabut yang sangat tebal seperti ini. Memang kawan-kawan
masih ada yang melaut, tapi tak jauh dari bibir pantai,” keluhnya.
Nelayan
lainnya, Edi (47) mengatakan, selama kondisi cuaca kurang bersahabat
seperti sekarang ini, dirinya lebih memilih memarkirkan dan menambatkan
biduaknya. “Kalau saja kami kelaut tidak membuahkan hasil. Lebih baik
kami menunggu cuaca yang bagus saja. Ba a lai, kami tapaso duduk dan
sambia mampaelokan biduak kami yang boco sambia manuggu cuaca rancak,”
pungkasnya.
Informasi yang dihimpun POSMETRO, akibat nelayan tidak
melaut, berimbas terhadap berkurangnya persediaan ikan di sepanjang
pantai berkurang. Hanya beberapa jenis ikan yang dijual, itupun bukan
hasil tangkapan nelayan Pantai Purus II.
”Sejak beberapa hari ini
memang tidak masuk ikan dari nelayan Pantai Purus. Ikan yang ada hanya
didatangkan dari Pesisir Selatan. Harganyapun sudah jauh berbeda.
Kalaupun ada, jumlahnya juga tidak banyak dan hanya beberapa jenis ikan
saja. Saat ini para penampung hanya menjual dua jenis ikan, yakni ikan
tongkol, serai dan beberapa jenis ikan yang didatangkan dari pesisir,”
terang salah seorang penjual ikan di pinggiran Pantai Purus
0 komentar:
Posting Komentar