Senin, 05 Januari 2015

pelantikan anggota kehormatan dan 15 anggota muda sispala oasis smk negeri 2 padang

alhamdulillah...setelah mengikuti proses yang di tentukan oleh panitia DIKDACALAM 7 ANGKATAN 6...telah terpilih siswa smk negeri 2 padang menjadi anggota siswa pencita alam (SISPALA) yang bernamakan sispala oasis...yang telah di laksanakan di sekolah dan di seketariat MPALH(mahasiswa pencinta alam dan lingkungan hidup) UNP dan di pelantikan anggota muda.DAN juga pelantikan uda UDA EVI ENDRI sebagai anggota kehormatan sispala oasis
dan pelantikan di GOA BABA BATU GADANG ,INDARUNG...Daerah kota padang sumbar.

Rasa syukur untuk Tuhan yang maha esa
dan terima kasih kepada
SMK negeri 2 padang
MPALH UNP
Anggota luar biasa sispala oasis
mapala alpi ien imam bonjol padang
mapala gempar sumatera utara
sispala alnino
stepala lubuk alung 




15 anggota muda sispala oasis 
AGUSTINA KURNIA WATI 
N A G : 14.06.062

ARIEF BUDIMA N
N A G : 14.06.063

AURELLIE FEBRIANDA 
N A G : 14.06.064

AYURIAS TUTI 
N A G : 14.06.065

EGGY VEBRIANI PUTRI
N A G : 14.06.066

FITRI FRNSISKA DEWI 
N A G : 14.06.067

MAYANG JUMARTI 
N A G : 14.06.068

NOVELIANOF PUTRI
N A G : 14.06.069


NOVIATUL KHAIRI
N A G : 14.06.070

RIA ANGGRAINI
N A G : 14.06.071

RISMAN ESSA PUTRA 
N A G : 14.06.072

SEPTI ELFA SARI 
N A G : 14.06.073

VANI SAFITRI 
N A G : 14.06.074

WISMA LINDA 
N A G : 14.06.075

YUWINDA IRZAL 
N A G : 14.06.076

SELAMAT KEPADA ANGGOTA MUDA YANG TERPILIH 
MARI SATUKAN HATI DALAM KEKOMPAKAN UNTUK MENGHARUMKAN NAMA OASIS 

Sabtu, 03 Januari 2015

5 Dosa Para Pendaki Gunung yang harus dihindari

1. MELAKUKAN KEGIATAN PENDAKIAN MASSAL (NON-KONSERVATIF)

Mungkin kita sudah tahu tentang sebuah brand perlengkapan outdoor yang melakukan pendakian massal ke gunung Semeru beberapa waktu lalu. Saya sempat diajak teman karena dalam iklannya pendakian ini dibumbui oleh kata-kata bersih-bersih gunung, tanam pohon, dan konservasi.

Kenyataannya? Semeru menjadi tempat sampah dan potensi rusaknya ekosistem makin besar.
Sebelum mengikuti pendakian massal, ada baiknya survey terlebih dahulu. Berapa kapasitas gunung tersebut, berapa jumlah pendaki yang dibolehkan ikut oleh panitia, dan hal yang terkait dengan konservasi lainnya. Hindari penmas yang hanya mencari laba semata.
[hl]Jadilah pendaki yang bertanggung jawab.

2. ANDIL BESAR MENCEMARI LINGKUNGAN

Biarkan mereka tetap pada tempatnya
Biarkan mereka tetap pada tempatnya

Saya pernah naik gunung dengan seorang rekan yang kelihatannya sudah ‘senior’ dalam hal mendaki. Namun, ditengah perjalanan istirahat, saat ia memakan sebuah makanan ringan, dengan ringannya pula ia membuang sampah itu sembarangan. Itulah potret kebanyakan pendaki yang tidak paham akan konservasi.

Apa sulitnya sih membawa sampah di dalam tas?

Di lain waktu, saat saya sedang ingin mengambil air di sebuah mata air, terlihat seorang pendaki yang sedang menikmati ritual B*B di mata air itu!

Apa dia tidak berfikir orang akan minum dari sana? Sebegitu sulitkah menggali lubang di tanah? Kucing saja masih bisa lebih pintar!

Dan banyak juga pendaki-pendaki yang masih saja menggunakan bahan-bahan kimia yang bisa merusak. Jangan heran kalau menemukan bungkus sabun/shampo yang tergeletak dekat di mata air.

3. BERSIKAP ACUH TAK ACUH DAN PASIF.

Menganggap tugas konservasi itu adalah tugasnya penjaga Taman Nasional, porter, dan LSM lingkungan. Padahal pendaki sendirilah yang punya bagian besar dalam menjaga lingkungan.

Juga tidak mengindahkan kearifan lokal yang telah ditetapkan masyarakat setempat. Tertulis ataupun tidak tertulis. Seringkali mitos-mitos mistis di gunung itu sebetulnya adalah usaha untuk konservasi dari masyarakat.

Jangan sampai bilang begini, ” Saya bukan pecinta alam, kok. Cuma penikmat alam. Jadi bukan tugas saya dong untuk konservasi?”

Heran dengan orang yang bangga dengan menuliskan jejaknya di bebatuan ini.
Heran dengan orang yang bangga dengan menuliskan jejaknya di bebatuan ini.

4. MERUSAK KEASRIAN GUNUNG

Tidak sulit menemui corat-coret vandalisme di bebatuan, batang pohon, bahkan pos pendakian. Mengambil flora & fauna langka seperti bunga edelweiss, bertindak sembrono sehingga mengakibatkan kebakaran hutan. Puntung rokok dan bekas api unggun yang masih menyala, membuka jalur yang tidak seharusnya, membuang tissue basah kotor seenaknya dan masih banyak lagi.

5. TIDAK MEMBAGIKAN PENGETAHUAN TENTANG PENDAKIAN KONSERVATIF

Tak dipungkiri, mendaki gunung sekarang sudah terkesan menjadi sebuah ‘wisata’. Apalagi banyak pengaruh dari acara televisi, film, blog, forum dan banyak media lainnya.

Membagikan semangat mendaki gunung kepada orang-orang baru tanpa dibarengi semangat konservasi hanya akan menjadikan para pendaki tersebut menjadi generasi pendaki yang cenderung antipati terhadap lingkungan dan hanya mementingkan kesenangan semata.

Sebagian dari kita mungkin pernah melakukan hal atas, secara sengaja maupun tidak sengaja. Yang pernah, tolong jangan diulangi lagi dan mari saling mengingatkan kepada rekan pendaki yang lain.
Semoga gunung-gunung Indonesia masih bisa dinikmati anak-cucu kita nantinya. Amin.

Salam lestari!
Ingatlah bahwa masih ada anak cucu kita.
Ingatlah bahwa masih ada anak cucu kita.


sumber sahabat alam

“SLAYER”

Ketika terbaring dikamar, sambil melihat ditumpukkan pakaian, muncul dalam pandanganku sebuah benda berwarna kuning emas dengan biz merah. Lalu ku ambil benda tersebut sambil bicara dalam hati.“susahnya juga dapat ini barang”.
Sambil merenung dan mengingat masa lalu perjuangan untuk mendapatkan benda ini,, tidak segampang yang dipikirkan dan tidak semudah juga yang dipikirkan. Tau kah saudara benda apakah itu ??? Jika saudara membaca judulnya pasti saudara sudah tau, ya,, benar sekali,, SLAYER.

Bagaimanakah menurut saudara, apa sih slayer itu ?..
Kain, Kacu, .atau apalah,,.....
Tidak masalah, bagaimana pendapat anda apa itu slayer.
Pada artikel ini saya akan memperkenalkan apa itu slayer, walaupun tidak begitu baik dan jelas.

Slayer,, .. menurutku berasal dari Bahasa Inggris,.. mungkin....!!???...
Sebuah benda yang berbahan kain, entah itu kain yang kasar, licin, lembut, dsb..
Sebuah kain dengan ukuran ± 1m x 1,5 m, bisa lebih kecil atau lebih besar.
Warnanya pun bisa satu warna saja, ataupun terdiri dari beberapa kombinasi warna.
Kain ini (slayer) kalau di beli di penjual kain, sekitar Rp.25.000,-.. Lumayan terjangkau kan,,,

....TAPI....

Ada tapinya,, saudara,,,,
Bagi seorang yang masuk dalam organisasi pecinta alam atau yang biasa disebut Mahasiswa pecinta alam (mapala) atau Kelompok pecinta alam (KPA), slayer ini mempunyai nilai-nilai dan harga yang tidak dapat diukur dengan uang atau materi,,

Kata pepatah, , “Jika sesuatu itu sulit didapatkan, maka sesuatu itu sangat berharga”

Slayer ini jika didunia militer kami samakan dengan baret seorang prajurit,, MENGAPA ?
Mungkin jika saudara sudah pernah atau masuk dalam pendidikan dasar organisasi pecinta alam, sudah paham dan mengerti,

Tapi apabila saudara tidak pernah atau bukan anggota pecinta alam maka saudara pasti tidak paham alias tidak ada bayangan kenapa slayer ini begitu dikeramatkan atau sakral bagi anggota pecinta alam...

Slayer melambangkan identitas masing-masing organisasi pecinta alam atau hal yang paling dapat membedakan antara anggota organisasi yang satu dengan yang lain. Sama halnya dengan baret tentara, hijau untuk (infanteri), merah (kopassus), jingga (paskhas), dll.

Untuk mendapatkan slayer ini tidak gampang, sama dengan baret tentara. Hanya orang-orang yang mempunyai ketahanan mental dan fisik saja yang pantas untuk mendapatkan slayer.
Kerasnya alam dan kerasnya intruktur/senior dalam pendidikan dasar sebenarnya tidak ada apa-apanya...

Yang sulit ditaklukkan yaitu DIRI SENDIRI...

Rasa egoisme, mau menang sendiri, malas, capek, lapar, sedih, panas, dingin, licik, dll akan keluar dengan sendirinya ketika manusia berada di alam terbuka (hutan).

Oleh karena itu dalam menjalani pendidikan dasar, semua hal tersebut berusaha ditaklukkan dan dilawan oleh mereka yang masuk sebagai pecinta alam.

Rasa persaudaraan ditumbuhkan sehingga tidak ada lagi perbedaan, semua pecinta alam itu bersaudara. Walaupun bukan saudara serahim, tapi lebih erat ikatan kekeluargaannya.

Tau kah saudara,, ketika dihutan siapakah yang akan menolong dan membantu saudara ketika mengalami kecelakaan dan musibah ???
Tuhan.. ???
Iya,, tapi melalui siapa ??? tentunya orang yang berada di dekat kita, yaitu saudara kita.

Setelah melalui pendidikan dasar yang rasanya bercampur aduk namun enak, ada manis, ada keras, ada religiusnya, dll, tibalah hari penjemputan dimana seluruh anggota organisasi pecinta alam mulai dari angkatan terakhir sampai senior-senior hingga dewan pendiri datang untuk melihat adik-adik mereka yang baru lahir..
Pada saat upacara penutupan pendidikan dasar tersebut maka seorang calon pecinta alam di lantik menjadi pecinta alam dengan pemasangan slayer dileher. Maka dengan resmi saudara dinyatakan menyandang sebutan pecinta alam walaupun pada dasarnya seorang manusia itu adalah pecinta alam.

Bagi saudara, saya jamin, saudara akan meneteskan air mata ketika saudara dilantik menjadi anggota pecinta alam.Karna saudara telah berhasil melalui rangkaian pendidikan dasar yang sangat keras dan sulit.

Dari beberapa uraian kata-kata diatas, hanya sebagian kecil saja mengapa slayer bagi seorang pecinta alam teramat sangat berharga,,
Jika saudara masih penasaran, silahkan saudara bergabung menjadi seorang pecinta alam, dan saudara akan rasakan sendiri betapa bangganya menjadi seorang pecinta alam.

sumber NAVERNOS UNHALU

PENDIDIKAN DASAR CINTA ALAM SISPALA OASIS MELAHIRKAN 15 GENERASI LASKAR HIJAU

salam lestari buat semua dunia maya
alhamdulilllah .. setelah menjalani latihan fisik dan materi ruangan kurang lebih 6 bulan lama..
dari 40 orang yang mengajukan nama dan mengikuti proses prosedur syarat buat kelapangan. dan akir nya terpilih 15 orang laskar hijau SISPALA OASIS SMK NEGERI PADANG. setelah berhasil mengikuti DIKDACALAM 7 selajut nya sispala oasis akan mengadakan, 
pelantikan ALB (anggota luar biasa)
yang insa allah akan di lakukan dalam waktu dekat ini .dan pergantian DPH 

ada pun beberapa nama 15 anggota muda sispala oasis smk negeri 2 padang yang insa allah akan admin poskan dalam beberapa hari kedepan..
harapan dan masa depan keluarga besar oasis kini di tangan mereka..makin jaya kah atau akan terbakar ataukah mungkin bungkam atau hanya tingga nama....



Senin, 08 Desember 2014

PANITIA DIKDALACAM 7 ANGKATAN 6

KEPELA SEKOLAH 
NOLA SESRIAN 
NAG : 12.05.058

OPERASIONAL 
DIAN KURNIA 
NAG : 12.05.055

                                                                       TATA TERTIB
                                          NABILA LORENZA & JEFRINALDI SAPUTRA
                                               NAG : 12.05.057              NAG : 10.03.035

SEKRETARIS 
MUTIARA RAHMADANI
 NAG : 12.05.056
 
DAMPUR
TREZIA ADELA & YULISTIRA
NAG : 12.05.059  NAG : 12.05.061


TRASPORTASI DAN KOMUNIKASI 
DELFLIANTO 
NAG : 12.05.055





Semoga merek bisa menjalankan amanah yang telah di titipkan
semoga sukses untuk kegiatan pendidikan dasar cinta alam 7 angkatan 6

PUSING PASCA JOB MATCHING



Perhelatan job matching smk negeri 2 padang ini memang telah usai membawa kisah keberhasilan panitia dengan melampaui target yang dicapai. Namun dibalik kesuksesan itu semua ternyata acara ini menyimpan banyak cerita suka dukanya. Kalau cerita tentang suka-suka, inshaa allah pada kesempatan lain penulis akan cerita panjang lebar karena pada tulisan ini ada cerita sedih yang patut jadi perhatian kita bersama…..
Sampah, ya… sampah yang dihasilkan pasca kegiatan cukup membuat pusing kepala. Dimana-mana disetiap jengkal halaman sekolah terdapat sampah yang berserakan. Terutama di seputaran lokasi stand pameran dan job matching. Karpet merah yang terbentang di lorong stand nyaris sudah tertutup sampah sisa makanan, botol minuman, plastic bungkusan dan kertas-kertas selebaran. Begitu juga dengan aula sekolah yang megah dengan lantai keramiknya yang biasa bersih mengkilat telah berubah menjadi kotor dan kusam.
Namun alhamdulillah ternyata kondisi sekolah yang kotor begitu telah menyulutkan semangat beberapa siswa yang tergabung dalam kelompok pencinta alam. Seolah memahami kondisi panitia yang pusing dan telah mulai lelah, mereka pun bergerak melakukan ‘sweeping’ memunguti sampah yang berserakan. Lengkap dengan kacu hijau dan kantong sampah di tangan secara perlahan kerja mereka mulai menampakkan hasil. Saluran air dan halaman sekolah mulai terlihat bersih kembali. Kita patut angkat topi karena tetap saja canda tawa khas anak sekolahan mewarnai keikhlasan hati mereka.


                                                                                                                                                                                                                                                                             Penulis
                                                                                                     Bpk.ZAKRI ZAINI

Minggu, 15 Juni 2014

Mendaki Gunung = MENGHARGAI ARTI KEHIDUPAN




Harusnya, hakekatnya seperti ini..

Jujur sungguh sedikit sekali orang yang bisa atau mau memahami keadaan seseorang atau keadaan sekitarnya, jika ia tidak terjun langsung atau mengalami sendiri apa yang dirasakan seseorang dalam kehidupannya.

Pendaki gunung atau yang banyak orang sering mengindentifikasikan sebagai “ Pencinta Alam ??“ atau biasa disebut PA, itulah yang pertama kali orang katakan saat melihat sekelompok orang – orang ini. Dengan ransel serat beban, topi rimba, baju lapangan, dan sepatu gunung yang dekil bercampur lumpur, membuat mereka kelihatan gagah. Hanya sebagian saja yang menatap mereka dengan mata berbinar menyiratkan kekaguman, sementara mayoritas lainnya lebih banyak menyumbangkan cibiran, bingung, malah bukan mustahil kata sinis yang keluar dari mulut mereka, sambil berkata dalam hatinya, “Ngapain cape – cape naik Gunung. Pas Nyampe ke puncak, turun lagi…mana di sana dingin lagi, belum lagi kalau kehujanan, terus keram kaki atau keram perut….haduehhh , cape dehhh !!!!!!!”

Tapi tengoklah ketika mereka memberanikan diri bersatu dengan alam dan dididik oleh alam. Mandiri, rasa percaya diri yang penuh, kuat dan mantap mengalir dalam jiwa mereka. Adrenaline yang normal seketika menjadi 

naik hanya untuk menjawab golongan mayoritas yang tak henti – hentinya mencibir dan memandang rendah mereka. Dan begitu segalanya terjadi, tak ada lagi yang bisa berkata bahwa mereka adalah bulshit people !!!!!

Berempati pada alam semesta sejatinya akan membuat siapapun akan lebih peduli /bersimpati dan toleran kepada saudaranya, tetangganya, bahkan musuhnya sendiri. Menghargai dan meyakini kebesaran Tuhan dengan segala keindahan fenomena dan panorama alam semesta cipta karyaNYA, menyayangi sesama dan percaya pada diri sendiri, itulah kunci yang dimiliki oleh orang – orang yang kerap disebut petualang/penjelajah alam bebas ini. Mendaki gunung bukan berarti menaklukan alam, tapi lebih utama adalah menaklukan diri sendiri dari keegoisan pribadi. Selain itu dengan mendaki gunung atau memanjat tebing adalah bentuk ekspresi atau sebuah seni yang memadukan dan mengendalikan antara rasa takut dengan ketrampilan teknik pendakian/ pemanjatan. Mendaki gunung dan memanjat tebing adalah wujud dari sebuah kebersamaan, persaudaraan, dan saling ketergantungan antar sesama dan ketergantungan dengan alam bebas itu sendiri.

Dan menjadi salah satu dari mereka bukanlah hal yang mudah. Terlebih lagi pandangan masyarakat yang berpikiran negative terhadap dampak dari kegiatan ini. Apalagi mereka sudah menyinggung soal kematian yang memang tampaknya lebih dekat pada orang - orang yang terjun di alam bebas ini. “Mati muda yang sia – sia.” Begitu komentar mereka saat mendengar atau membaca anak muda yang tewas di gunung. Padahal soal hidup dan mati, di gunung hanyalah satu dari sekian alternative dari suratan takdir. Tidak mutlak atau mesti di gunung pun, kalau maut mau datang dia akan dating kepada siapa pun…!!! . Bisa tewas karena kecelakaan mobil di jalan tol, meninggal tertabrak kereta api, karena sakit mendadak (serangan jantung) atau meninggal karena tersambar petir, kesetrum listrik dll..Kalau selamanya kita harus takut pada kematian, mungkin kita tidak akan pernah dilahirkan oleh Maha Pencipta.

Di gunung, di ketinggian kaki berpijak, di sanalah tempat yang paling damai dan abadi. Dekat dengan Tuhan dan keyakinan diri yang kuat. Saat kaki menginjak ketinggian, tanpa sadar kita hanya bisa berucap bahwa alam memang telah menjawab kebesaran Tuhan. Di sanalah pembuktian diri dari suatu pribadi yang egois dan manja, menjadi seorang yang mandiri dan percaya pada kemampuan diri sendiri. Rasa takut, cemas, gusar, gundah, dan homesick memang ada, tapi itu dihadapkan pada kokohnya sebuah gunung yang tak mengenal apa itu rasa yang menghinggapi seorang anak manusia. Gunung itu memang curam, tapi ia lembut. Gunung itu memang terjal, tapi ia ramah dengan membiarkan tubuhnya diinjak – injak. Ada banyak luka di tangan, ada kelelahan di kaki, ada rasa haus yang menggayut di kerongkongan, ada tanjakan yang seperti tak ada habis – habisnya. Namun semuanya itu menjadi tak sepadan dan tak ada artinya sama sekali saat kaki menginjak ketinggian. Puncak gunung menjadi puncak dari segala puncak. Puncak rasa cemas, puncak kelelahan, dan puncak rasa haus, tapi kemudian semua rasa itu lenyap bersama tirisnya angin pegunungan.

Lukisan kehidupan pagi Sang Maha Pencipta di puncak gunung tidak bisa diucapkan oleh kata – kata. Semuanya cuma tertoreh dalam jiwa, dalam hati. Usai menikmati sebuah perjuangan untuk mengalahkan diri sendiri sekaligus menumbuhkan percaya diri, rasanya sedikit mengangkat dagu masih sah – sah saja. Hanya jangan terus – terusan mengangkat dagu, karena walau bagaimanapun, gunung itu masih tetap kokoh di tempatnya. Tetap menjadi paku bumi, bersahaja, dan gagah. Sementara manusia akan kembali ke urat akar di mana dia hidup.

Ya, menghargai hidup dan arti kehidupan adalah salah satu hasil yang diperoleh dalam mendaki gunung. Betapa hidup itu mahal. Betapa hidup itu ternyata terdiri dari berbagai pilihan, di mana kita harus mampu memilihnya meski dalam kondisi terdesak. Satu kali mendaki, satu kali pula kita menghargai hidup. Dua kali mendaki, dua kali kita mampu menghargai hidup. Tiga kali, empat kali, ratusan bahkan ribuan kali kita mendaki, maka sejumlah itu pula kita menghargai hidup.

Hanya seorang yang bergelut dengan alamlah yang mengerti dan paham, bagaimana rasanya mengendalikan diri dalam ketertekanan mental dan fisik, juga bagaimana alam berubah menjadi seorang bunda yang tidak henti – hentinya memberikan rasa kasih sayangnya.

Kalau golongan mayoritas masih terus saja berpendapat minor soal kegiatan mereka, maka biarkan sajalah. Karena siapapun orangnya yang berpendapat bahwa kegiatan ini hanya mengantarkan nyawa saja, bahwa kegiatan ini hanya sia – sia belaka, tidak ada yang menaifkan hal ini. Mereka cuma tak paham bahwa ada satu cara di mana mereka tidak bisa merasakan seperti yang dirasakan oleh para petualang ini, yaitu kemenangan saat kaki tiba pada ketinggian


















sumber  partner 

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda