Jumat, 07 Maret 2014

JATI, METRO-Suasana langit kota Padang, semakin hari semakin tebal oleh kabut asap kiriman dari daerah tetangga. Sebagian masyarakat sudah mulai mengeluhkan sejumlah penyakit seperti batuk, flu dan ada beberapa yang sudah mulai sesak napas.

Pantauan POSMETRO, Selasa (26/2), sejumlah warga Kota Padang tampak sudah mulai mengenakan masker saat bepergian. Mereka takut terkena kabut asap yang dirasakan sudah mulai menimbulkan sejumlah penyakit. Hanya ada beberapa orang pasien yang memeriksakan kondisi mereka karena kabut asap, tidak dirawat.
Di RSUP M Djamil Padang, tampak puluhan orang yang melakukan pemeriksaan, namun mereka tidak dirawat hanya sebatas konsultasi kesehatan saja. Beberapa di antaranya mengeluhkan penyakit ISPA yang membuat sesak napas, tapi masih dalam tahap aman.
”Sejauh ini orang yang mendatangi rumah sakit hanya sebatas konsultasi saja, belum ada yang dirawat,” jelas Pejabat Pemberi Informasi dan Dokumentasi (PPID) RSUP M Djamil Padang, Gustafianof, kemarin.
Meri (26), salah seorang pengendara motor saat ditemui di Jalan Abdul Muis mengatakan, saat ini intensitas kabut asap lebih tebal dibandingkan dua hari yang lalu. Makanya, dalam berkendara dia menggunakan masker untuk menghindari debu masuk kemulut. “Biasanya tidak seperti ini, dari tadi pagi kabutnya sudah tampak semakin tebal, makanya saya pilih pake masker,” ucap Meri.
Pengendara lain, Rio (25) menyebut masih belum merasakan efek kabut asap tersebut. Tapi, menurut pandangannya, tingkat ketebalan kabut asap sudah lebih tebal dari dua hari yang lalu. “Saat ini masih terasa biasa saja, kalau dibiarkan, mungkin dalam dua atau tiga hari lagi kabut ini akan semakin tebal,” ucapnya.
Sementara, potensi asap sudah mulai berkurang karena hujan yang sempat turun beberapa hari yang lalu. Hal ini terjadi karena adanya angin berhembus dari arah Utara ke Selatan, dari Riau ke Sumbar. Khusus jarak pandang Riau sudah mencapai 500 meter, sedangkan Sumbar masih di atas 1000 meter.
”Sampai saat ini belum ada permintaan penundaan kedatangan maupun keberangkatan pesawat dari dan ke Sumbar,” ujar Kepala BMKG Ketaping, Budi Samiaji saat dihubungi, Rabu (26/2) siang.  
Secara teknis batas ambang baku mutu udara itu maksimal hanya 150,ug/m3, sementara hasil panelitian dari Bapedalda Sumbar dan juga pantauan BMKG Ketaping, kondisi cemaran udara di Sumbar mencapai 150.71 ug/m3.
Nelayan Enggan Melaut
Sebanyak 80 persen jumlah nelayan di jalan Purus II, Kelurahan Purus Selatan, Kecamatan Padang Barat sejak satu bulan  terakhir lebih banyak  libur melaut mencari ikan. Kondisi ini disebabkan  kabut asap tebal yang melanda Kota Padang yang berasal dari pembakaran hutan di Provinsi Riau mengakibatkan para nelayan takut kehilangan pedoman melaut.
Nasrul (32) salah seorang nelayan, Rabu (26/2) di Purus mengaku,  sejak beberapa hari lalu, dirinya memang tidak melaut. Kalaupun melaut hanya beberapa mil saja dari pantai. “Saat ini kami sudah satu bulan enggan melaut. Ditakutkan, kabut yang sangat tebal. Kami tak berani untuk menjaring ikan,” ujarnya.
Sebagian nelayan di kawasan tersebut, menurutnya, hanya menangkap ikan di pinggiran pantai. Hasil tangkapannya pun tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari. “Kita tidak mau mengambil risiko kalau kabut yang sangat tebal seperti ini. Memang kawan-kawan masih ada yang melaut, tapi tak jauh dari bibir pantai,” keluhnya.
Nelayan lainnya, Edi (47) mengatakan, selama kondisi cuaca kurang bersahabat seperti sekarang ini, dirinya lebih memilih memarkirkan dan menambatkan biduaknya. “Kalau saja kami kelaut tidak membuahkan hasil. Lebih baik kami menunggu cuaca yang bagus saja. Ba a lai, kami tapaso duduk dan sambia mampaelokan biduak kami yang boco sambia manuggu cuaca rancak,” pungkasnya.
Informasi yang dihimpun POSMETRO, akibat nelayan tidak melaut, berimbas terhadap berkurangnya persediaan ikan di sepanjang pantai berkurang. Hanya beberapa jenis ikan yang dijual, itupun bukan hasil tangkapan nelayan Pantai Purus II.
”Sejak beberapa hari ini memang tidak masuk ikan dari nelayan Pantai Purus. Ikan yang ada hanya didatangkan dari Pesisir Selatan. Harganyapun sudah jauh berbeda. Kalaupun ada, jumlahnya juga tidak banyak dan hanya beberapa jenis ikan saja. Saat ini para penampung hanya menjual dua jenis ikan, yakni ikan tongkol, serai dan beberapa jenis ikan yang didatangkan dari pesisir,” terang salah seorang penjual ikan di pinggiran Pantai Purus

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar